0
PEMBUATAN TEPUNG MANGROVE PEDADA (Sonneratia caseolaris) SEBAGAI USAHA UNTUK MEMANFAATKAN HASIL YANG TERBUANG


Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, banyak hutan mangrove dan juga jenis tumbuhan lain yang tumbuh di wilayah tropis ini, tetapi belum banyak yang mengetahui cara pemanfaataannya. Contohnya saja adalah mangrove jenis Sonneratia caseolaris atau biasa yang disebut buah pedada. Mangrove mempunyai banyak fungsi baik itu fungsi ekonomis maupun ekologis yang mendukung kehidupan masyarakat di wilayah pesisir pantai dan juga melindungi fauna serta menjaga keseimbangan lingkungan sekitar pantai . Selama ini Mangrove hanya dimanfaatkan kayunya saja,,,belum banyak masyarakat yang tau bahwa mangrove juga dapat dimanfaatkan menjadi obat dan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi misalnya tepung.

Tepung merupakan struktur pokok atau bahan pengikat di dalam semua formula kue keringan. Dia menunjang kerangka sekeliling dimana bahan lain dikelompokkan dalam berbagai proporsi. Untuk para pembuat kue keringan telah tersedia sejumlah besar ukuran dan jenis tepung yang masing-masing memiliki pengaruh pengikatan dan pengerasan yang berbeda-beda terhadap adonan kue kering (Sediaoetama, 2008).

Apple Mangrove (Sonneratia sp.) merupakan pohon bakau dengan akar nafas yang muncul vertikal dari dalam tanah. Tumbuhan ini mampu menangkap dan menahan endapan, menstabilkan tanah habitatnya, serta bertindak sebagai pionir yang memagari daratan dari kondisi laut dan angin dalam pembentukan formasi hutan bakau di kawasan pantai. Buah Apple Mangrove dapat dimakan secara langsung. Rasa asam dan aroma yang khas, serta tekstur buah yang lembut (Silitonga, 2010). Adapun Klasifikasi Mangrove jenis Sonneratia caseolaris adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Genus : Sonneratia
Species : Sonneratia caseolaris
Sumber : Plantamor, 2011

mangrove Sonneratia caseolaris ini mempunyai ciri morfologi daun berbentuk elips dan ujungnya memanjang dengan tulang daun berbentuk menjari. Bunga memiliki kelopak bunga mengkilat dan hijau serta datar dengan benang sari berwarna merah dan renggang. Buah berbentuk bulat dengan diameter 6-8 cm, memiliki perawakan sebagai pohon besar yang memiliki banyak sekali akar berbentuk serupa pensil yang mencuat ke atas. Bentuk akar ini merupakan bentuk adaptasi sonneratia untuk bernafas mengambil udara, karena kondisi tanah mangrove yang anoksik. Secara langsung bisa dikatakan kondisi anoksik adalah kondisi beracun, tapi arti sebenarnya dari anoksik adalah kurang oksigen atau tidak ada oksigen. selain itu Sonneratia mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi salinitas baik yang mempunyai kadar garam tinggi maupun kadar garam rendah.

Masyarakat yang hidup diwilayah pesisir pantai biasanya hanya memanfaatkan kayu dari mangrove Sonneratia caseolaris, karena mereka belum mengetahui bahwa banyak kandungan dari mangrove jenis ini yang dapat dimanfaatkan. adapun kandungan gizi buah mangrove ini yaitu

dapat dilihat pada tabel diatas banyak sekali komponen dari mangrove jenis sonneratia caseolaris yang dapat dimanfaatkan. karena mangrove ini menghasilkan buah maka buahnya dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bahan makanan contohnya adalah sirup mangrove dan juga dodol mangrove dan juga tepung mangrove. pada pembuatan tepung mangrove ini ada beberapa yang harus dilakukan yaitu:


selesai semua tahapan diatas dilakukan kemudian dilakukan analisa proksimat yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar karbohidrat, kadar lemak dan kadar protein untuk mengetahui apakah tepung mangrove ini layak dikonsumsi dan mempunyai nilai gizi yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan pada pembuatan kue kering. adapun hasil analisa proksimat tepung buah mangrove antara lain sebagai berikut :




0
Pengujian Daya Hambat BAkteri E.coli dan S.aureus dengan Metode Cakram

Escherichia coli terdapat secara normal dalam alat-alat pencernaan manusia dan hewan. Bakteri ini adalah gram negatif, bergerak, berbentuk batang, bersifat fakultatif anaerob dan termasuk golongan Enterobacteriaceae. Suatu serotype tertentu bersifat enteropatogenik dan dikenal sebagai penyebab diare pada bayi. Organisme berada di dapur dan tempat-tempat persiapan bahan pangan melalui bahan baku dan selanjutny
a masuk kemakanan yang telah dimasak melalui tangan, permukaan alat-alat, tempat-tempat masakan dan peralatan lain. masa inkubasi adalah 1-3 hari dan gejala-gejalanya menyerupai gejala-gejala keracunan bahan pangan yang tercemar oleh salmonella atau disentri (Buckle et al., 2009).
Staphylococcus aureus adalah gram positif berbentuk bola yang umumnya tersusun berkelompok seperti buah anggur. Bakteri ini tidak bergerak, fakultatif anaerob dan dapat tumbuh pada produk-produk yang mengandung NaCl sampai 16%. Secara ekologis Staphylococcus aureus erat sekali hubungannya dengan manusia dan hewan lainnya terutama pada bagian kulit, hidung dan tenggorokan. Dengan demikian makanan kebanyakan tercemar melalui pengelolaan oleh manusia. Secara keseluruhan, organisme ini tidak kuat bersaing dengan lainnya dan akibatnya bakteri ini tidak mempunyai peran yang berarti pada bahan-bahan yang tidak dimasak (Buckle et al., 2009).

Kedua bakteri diatas sangat berbahaya bila mengkontaminasi produk pangan dan dikonsumsi manusia. Escherichia coli contohnya bisa menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, dan Staphylococcus aureus yang menghasilkan senyawa toksin dapat menyebabkan gangguan kesehatan. dari masalah inilah diperlukan adanya senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut pada bahan pangan salah satunya adalah menggunakan rempah-rempah untuk mengetahui apakah senyawa yang terdapat pada rempah-rempah dapat menghambat atau menekan pertumbuhan kedua mikroba tersebut. Adapun prosedur kerja untuk melakukan uji daya hambat dengan metode cakram yaitu :
  • Pembuatan Media Agar Miring
  1. Ditimbang Media TSA yang diperlukan
  2. Dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml
  3. Dilarutkan dengan aquades
  4. Dihomogenkan dengan spatula
  5. Direbus selama 15 menit
  6. Dimasukkan kedalam 6 tabung reaksi @ 10 ml
  7. Disterilisasi selama 15 menit
  8. Didinginkan dengan memiringkan media agar dalam tabung reaksi
  9. Ditunggu hingga membeku
  10. Media dapat digunakan
  • Pembuatan kultur bakteri
  1. dipanaskan jarum loop diatas bunsen
  2. diambil satu sel bakteri (E.coli/S.aureus)
  3. digoreskan pada media agar miring dengan metode zigzag
  4. diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 derajat celcius
  • Preparasi Rempah
  1. rempah (bawang putih, kluak, lengkuas dan ketumbar)
  2. dihaluskan
  3. ditimbang sebanyak 3 gram
  4. dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol dengan perbandingan antara sampel dan pelarut 1:3 pada suhu ruang selama 24 jam
  5. disaring dengan menggunakan kertas asaring
  6. didapatkan filtrat
  • Preparasi kertas cakram
  1. kertas cakram
  2. direndam kertas cakram pada filtrat rempah sampai jenuh
  3. diambil kertas cakram dengan pinset steril
  4. hasil
  • Uji cakram
  1. diambil 1 sel bakteri pada medium agar miring dengan menggunakan swab steril
  2. diratakan pada media agar TSA dengan metode zig zag
  3. direndam kertas cakram pada filtrat rempah
  4. diambil dengan menggunakan pinset dan ditempelkan pada medium agar TSA yang sudah ditanam oleh kultur bakteri E.coli dan S.aureus
  5. diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam
  6. diukur zona bening
  7. hasil
  • Hasil percobaan

 
Copyright © my StyLe